Sikap Kita Terhadap Kebencian Orang lain
07.37 Posted In artikel wewe Edit This 0 Comments »
Sikap Kita Terhadap Kebencian Orang lain
Begitu tenang, indah dan damainya kehidupan ini, ah siapa yang bilang demikian !
Bagaikan ketenangan air di sebuah danau, ada hitam tentunya ada putih, ada keruh dan bening, ada suka cita sudah pasti ada duka nestapa, ada kebaikan ada keburukan bahkan ada kesenangan pastilah ada kebencian, bukan! Itulah dinamika sebuah kehidupan.
Warna warni itulah pernak pernik yang menghiasi kehidupan yang sudah tentu kita jumpai dalam keseharian entah dimanapun di bumi ini kita berpijak.
Bisa saja kita terlalu naif bila mengganggap hidup itu penuh dengan kebencian atau keindahan saja. Coba saja tengok bagaimana kita berhubungan dengan puluhan bahkan ribuan orang, tentulah ada yang menyukai keberadaan kita ataupun sebaliknya. Entah di lingkungan rumah tempat kita berteduh dan bersosialisasi, atau kantor tempat kita berkarya. Mungkin jadi banyak penyebab ketidaksukaan orang lain pada diri kita entah sikap, perilaku, kecemburuan fisik dan keberhasilan yang telah kita capai, serta ribuan alasan lainnya.
Jika kita pahami dengan baik, ketidaksukaan orang lain yang kita terima terefleksi dengan sikap, bahasa tubuh, tutur kata yang terucap, ekspresi wajah yang ditampilkan, sampai nada suara dari begitu halus meski penyengat sampai yang mampu mengundang kekuatan amarah kita untuk bangun dari pembaringan.
Dalam ilmu NLP - presupposition kita mengenalnya dengan The Map is Not The Territory and You Create Your Own Reality artinya pahamilah peta masing-masing memang berbeda dan kita sendirilah yang menciptakan realita kita, mau bahagia, marah, tersinggung, terluka, hati damai, dan sebagainya, itulah pilihan-pilihan dan kitalah yang menciptakan pilihan realita tersebut melalui pikiran.
Seperti Dr. Stephen Covey pernah berujar, “Bukan perlakuan orang lain yang membuat kita terluka, tetapi penerimaan atau respon kita terhadap perlakuan orang lain lah yang membuat kita terluka”
Sebenarnya tak perlulah kita berbalas ketidak sukaan dengan ketidak sukaan kembali karena tenaga dan waktu akan terbuang sia-sia dan menghitamkan ribuan butiran darah dalam tubuh kita.
Balaslah ia dengan butiran air kasih dan kebaikan yang kita punyai. Tak perlu berkecil hati bila kebaikan kita diabaikan, dicemooh, dihina begitu rupa meski seluruh kebaikan kita telah kerahkan dengan segenap hati, karena memang kebaikan tetaplah kebaikan yang memberikan cahaya kemulian seseorang.
Cobalah untuk mengganggap ketidak sukaan adalah cemeti kehidupan yang mampu melecut motivasi kita untuk menjadi lebih baik. Dan anggaplah ia sebagai pelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain menjadi lebih berkualitas. Kelolalah dia menjadi energi positif yang dapat membatu kita menggapai keberhasilan yang diinginkan.
Tak perlu gundah dengan ketidaksukaan orang lain, tak perlu ragu tuk pertahankan nilai-nilai hakiki karena memang itulah pondasi kuat yang mampu membuat orang lain berdecak kagum dengan genggaman teguh harga diri dan kehormatan kita. Dengan demikian itu akan memampukan kita untuk mengerti bahwa ketidaksukaan adalah pilihan siapapun, dan bahkan membalas ketidaksukaan dengan tindakan yang sama atau sebaliknyapun juga sebuah pilihan, bukan ! Tetapi, perlu kita pahami dengan benar, bagaimanapun juga kebaikan tetaplah mutiara yang bersinar
indah meski tersembunyi di lumpur terdalam yang pekat sekalipun.
Have a positive day!
Begitu tenang, indah dan damainya kehidupan ini, ah siapa yang bilang demikian !
Bagaikan ketenangan air di sebuah danau, ada hitam tentunya ada putih, ada keruh dan bening, ada suka cita sudah pasti ada duka nestapa, ada kebaikan ada keburukan bahkan ada kesenangan pastilah ada kebencian, bukan! Itulah dinamika sebuah kehidupan.
Warna warni itulah pernak pernik yang menghiasi kehidupan yang sudah tentu kita jumpai dalam keseharian entah dimanapun di bumi ini kita berpijak.
Bisa saja kita terlalu naif bila mengganggap hidup itu penuh dengan kebencian atau keindahan saja. Coba saja tengok bagaimana kita berhubungan dengan puluhan bahkan ribuan orang, tentulah ada yang menyukai keberadaan kita ataupun sebaliknya. Entah di lingkungan rumah tempat kita berteduh dan bersosialisasi, atau kantor tempat kita berkarya. Mungkin jadi banyak penyebab ketidaksukaan orang lain pada diri kita entah sikap, perilaku, kecemburuan fisik dan keberhasilan yang telah kita capai, serta ribuan alasan lainnya.
Jika kita pahami dengan baik, ketidaksukaan orang lain yang kita terima terefleksi dengan sikap, bahasa tubuh, tutur kata yang terucap, ekspresi wajah yang ditampilkan, sampai nada suara dari begitu halus meski penyengat sampai yang mampu mengundang kekuatan amarah kita untuk bangun dari pembaringan.
Dalam ilmu NLP - presupposition kita mengenalnya dengan The Map is Not The Territory and You Create Your Own Reality artinya pahamilah peta masing-masing memang berbeda dan kita sendirilah yang menciptakan realita kita, mau bahagia, marah, tersinggung, terluka, hati damai, dan sebagainya, itulah pilihan-pilihan dan kitalah yang menciptakan pilihan realita tersebut melalui pikiran.
Seperti Dr. Stephen Covey pernah berujar, “Bukan perlakuan orang lain yang membuat kita terluka, tetapi penerimaan atau respon kita terhadap perlakuan orang lain lah yang membuat kita terluka”
Sebenarnya tak perlulah kita berbalas ketidak sukaan dengan ketidak sukaan kembali karena tenaga dan waktu akan terbuang sia-sia dan menghitamkan ribuan butiran darah dalam tubuh kita.
Balaslah ia dengan butiran air kasih dan kebaikan yang kita punyai. Tak perlu berkecil hati bila kebaikan kita diabaikan, dicemooh, dihina begitu rupa meski seluruh kebaikan kita telah kerahkan dengan segenap hati, karena memang kebaikan tetaplah kebaikan yang memberikan cahaya kemulian seseorang.
Cobalah untuk mengganggap ketidak sukaan adalah cemeti kehidupan yang mampu melecut motivasi kita untuk menjadi lebih baik. Dan anggaplah ia sebagai pelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain menjadi lebih berkualitas. Kelolalah dia menjadi energi positif yang dapat membatu kita menggapai keberhasilan yang diinginkan.
Tak perlu gundah dengan ketidaksukaan orang lain, tak perlu ragu tuk pertahankan nilai-nilai hakiki karena memang itulah pondasi kuat yang mampu membuat orang lain berdecak kagum dengan genggaman teguh harga diri dan kehormatan kita. Dengan demikian itu akan memampukan kita untuk mengerti bahwa ketidaksukaan adalah pilihan siapapun, dan bahkan membalas ketidaksukaan dengan tindakan yang sama atau sebaliknyapun juga sebuah pilihan, bukan ! Tetapi, perlu kita pahami dengan benar, bagaimanapun juga kebaikan tetaplah mutiara yang bersinar
indah meski tersembunyi di lumpur terdalam yang pekat sekalipun.
Have a positive day!
0 komentar:
Posting Komentar